Benarkah Hasan Al-Bashri Mengajak untuk Memberontak? (Bag. 2)
Memahami ucapan ulama jangan prematur
Dalam Al-Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (31355) dalam sebagian cetakan disebutkan ucapan Hasan Al Bashri,
إن الحجاج عقوبة جاءت من السماء فلنستقبل عقوبة الله بالسيف
“Sesungguhnya Hajjaj adalah hukuman dari langit, maka hendaknya kita hadapi hukuman Allah tersebut dengan pedang (melawan).”
Sebagian kalangan yang di dalam hatinya terdapat penyakit bergembira menemukan lafal ini untuk mendukung pahamnya yang membolehkan pemberontakan dan mengklaim bahwa ini adalah pendapat Imam Hasan Al-Bashri.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk teliti dalam memahami ucapan para ulama, jangan prematur, agar kita tidak salah paham dan menimbulkan kedustaan kepada ulama.
Pertama: Jika kita menemukan pernyataan yang janggal, maka cek barangkali salah cetak, sehingga kita perlu mengecek pada cetakan lain yang terpercaya. Ternyata dalam cetakan Al-Mushannaf yang di-tahqiq oleh Syekh Dr. Sa’ad Asy-Syitsri (32744), lafalnya adalah sebagai berikut,
إن الحجاج عقوبة جاءت من السماء أفتستقبل عقوبة الله بالسيف
“Sesungguhnya Hajjaj adalah hukuman dari langit, maka apakah pantas hukuman Allah tersebut dihadapi dengan pedang (melawan)?”
Jadi, lafalnya adalah pertanyaan.
Kedua: Dalam kitab-kitab lain yang menukil ucapan Hasan Al-Bashri tersebut adalah sebagai berikut, yang memperkuat lafal yang benar seperti dalam cetakan tahqiq Dr. Sa’ad Asy-Syitsri:
Lafal yang dinukil oleh Al-Baladziri dalam Jumal min Ansabil Asyraf (7: 394),
إن الحجاج عقوبة جاءت من السماء أفتستقبل عقوبة الله بالسيف?! ولكن استغفروا وادعوا وتضرعوا
“Sesungguhnya Hajjaj adalah hukuman dari langit, maka apakah pantas hukuman Allah tersebut dihadapi dengan pedang (melawan)?! Namun, istigfarlah dan berdoalah serta merendahlah (dengan ibadah).”
Lafal yang dinukil oleh Ibnu Abi Dunya dalam Al-‘Uqubat (52),
إن الحجاج عقوبة من الله لم تك فلا تستقبلوا عقوبة الله بالسيف ولكن استقبلوها بتوبة وتضرع واستكانة وتوبوا تكفوه
“Sesungguhnya Hajjaj adalah hukuman dari Allah, maka janganlah melawan hukuman Allah tersebut dengan pedang (melawan). Namun, hadapilah dengan tobat, merendah, tenang, dan bertobatlah, niscaya kalian akan dilindungi dari kedzalimannya (Hajjaj).”
Lafal yang dinukil oleh Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat (7: 164) dengan sanad sahih,
يا أيها الناس إنه والله ما سلط الله الحجاج عليكم إلا عقوبة فلا تعارضوا الله بالسيف ولكن عليكم السكينة والتضرع
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya demi Allah, tidaklah Allah menjadikan Hajjaj penguasa kalian kecuali sebagai hukuman untuk kalian. Maka janganlah kalian melawan Allah dengan pedang, namun hendaknya kalian tenang dan memperbanyak ibadah.”
Dalam lafal-lafal ini yang semakna, sangat memperjelas sekali secara gamblang makna ucapan Imam Hasan Al-Bashri, karena ucapan ulama itu saling menafsirkan antara satu dengan yang lain.
Ketiga: Ucapan Hasan dengan lafal “menghadapi hukuman Allah dengan pedang” bertentangan dengan riwayat-riwayat yang sahih dari Hasan Al-Bashri yang sangat masyhur bahwa beliau sangat keras melarang kudeta. Hal ini sebagaimana yang telah kami nukil di bagian pertama tulisan ini.
Karena sebab itulah, beliau dibenci oleh kaum Khawarij, sampai-sampai Qatadah berkata, “Demi Allah, tidak ada yang membenci Hasan kecuali seorang Haruri (Khawarij).” (Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat, 7: 174; dengan sanad hasan)
Kelima: Lafal “melawan hukuman Allah dengan pedang” sangatlah janggal secara akal dan konteks kalimat, bagi orang yang bisa mencium aroma ilmu dan bahasa, karena bagaimana mungkin melawan hukuman Allah dengan pedang? Tentu itu sangatlah mustahil bisa dilakukan seorang hamba melawan Allah, bahkan itu menunjukkan kesombongan dan kecongkakan serta tanda kerasnya hati.
Semoga Allah meneguhkan kita di atas manhaj salaf dan menjauhkan kita dari syubhat yang menyambar-nyambar.
[Selesai]
***
Penulis: Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi
Artikel Muslim.or.id
Artikel asli: https://muslim.or.id/98561-benarkah-hasan-al-bashri-mengajak-untuk-memberontak-bag-2.html